Sesuaidengan perkembangan zaman maka akan memicu timbulnya penyakit seperti yang disebabkan oleh prilaku dan pola hidup yang salah.Salah satu contohnya adalah penyakit Diabetes Melitus.Untuk itu perlu pencegahan sejak dini dalam menghindari penyakit Diabetes Melitus dengan menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat dimulai dari lingkungan keluarga dengan cara melakukan pola makan dan pola hidup sehat.
1. Pengetahuan mayoritas masyarakat masih dalam kategori sedang dan kurang maka, sebaiknya program-program penyuluhan perlu ditingkatkan kepada pasien yang mengunjungi Poli-Endokrinologi bagi tujuan kontrol. 2. Petugas kesehatan harus menjelaskan kepada pasien segala persoalan yang timbul mengenai diet DM dan ini pasti akan membantu pasien supaya lebih memahami kepentingan diet DM. 3. Mahasiswa calon dokter harus memperlengkapkan diri dengan informasi yang sepatutnya dan fakta-fakta tersebut haruslah diperoleh dari sumber-sember yang valid dan berpandukan evidance based. Mahasiswa haruslah mengikuti perkembangan semasa mengenai diet DM supaya dapat memberikan saranan yang sepatutnya kepada pasien. 4. Pasien perlu mendapatkan keterangan mengenai diet DM dari sumber yang boleh kata lain dokter merupakan pilihan yang tepat karena tidak semua fakta yang diperoleh dari teman atau tetangga itu sebaiknya dapatkan informasi dari petugas kesehatan yang lebih mengetahui tentang penyakit DM. DAFTAR PUSTAKA Barclay L, 2010. Diabetes Diagnosis & Screening Criteria Reviewed. Available from http//www. [Accessed 14 April 2010] Bajaj. JS,1983. Malnutrition Diabetes-Pre Federation Post Graduate Course on Diabetes Mellitus in General Medicine, Bangkok. Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, Edisi 8, EGC Jakarta. Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta Haznam, MW. 1996. Kepatuhan Berobat pada Diabetes Mellitus. Sub. Unit. Endokrinologi, Laboratorium/UPF Ilmu Penyakit Dalam FK Unpad / RSHS Bandung. Dalam Siregar, R. 2004. Pengaruh Penyuluhan Gizi. Fakultas Kedokteran Masyarakat Universitas Indonesia. Hiswani, 2001. Penyuluhan Kesehatan pada penderita Diabetes Mellitus. USU Repository, 2006. Available from [Accessed 15 April 2010] Hiswani,2010. Peranan gizi dalam Diabetes Mellitus. USU Repository, 2006. Available from International Diabetes Federation, 2008 Latest diabetes figures paint grim global picture. Available from paint-grim-global-picture. [Accessed 12 April 2010] . [Accessed 15 April 2010] International Diabetes Institute, 2004 Hypoglycemia fact sheet. Available from [Accessed 15 May 2010] Iwan S, 2010. Askep Klien dengan gangguan Sistem Endokrin Diabetes Mellitus. Available from [Accessed 15 April 2010] Notoadmojo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta PT. Rineka Cipta. 79-92, 112-115, 117-136. Pranadji DK. 1997. Perencanaan Menu untuk Diabetes Melitus. Jakarta Penebar Swadaya. Sastroasmoro, S., Gatot, D., Kadri, N., Pujiarto, 2008 Usulan Penelitian. Dalam Sastroasmoro, S., Ismael, S., Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Ketiga. Jakarta Sagung Seto. 46-51 Setiabudi, 2008. Referensi Kesehatan-Diabetes Melitus. Available from [Accessed 10 April 2010] Waspada Online, 2009. Medan, Terbanyak Penderita Diabetes. Available from 5-medan-terbanyak-penderita-diabetes&catid=14medan&Itemid=27 [Accessed 2 April 2010] WHO 1974. Handbook of human nutritional requirements. WHO monograph series 61, Geneva. People Daily Online. Available from [Accessed 2 April 2010] Yaspelkis, Ben B., 2006. Resistance Training Improves Insulin Signaling and Action in Skeletal Muscle. Available from essr/Abstract/2006/01000/Resistance_Training_Improves_Insulin_Signaling_ [Accessed 10 April 2010] DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Baran Palanimuthu Tempat / Tanggal Lahir Selangor / 22 Maret 1987 Agama Hindu Alamat Blok 6,No 74,Tasbi II ,Medan Riwayat Pendidikan SRK Subang 1994-SD SMK Subang 2000-Sijil Pelajaran Malaysia SMK La Salle,PJ 2007-Sijil Tinggi Pelajaran Malaysia Kolej Sentral,Pahang 2007-Matrikulasi USU Riwayat Pelatihan Program Latihan Khidmat Negara 2006 Riwayat Organisasi Ahli Kelab Kebudayaan India Malaysia. LAMPIRAN LEMBAR PENJELASAN Salam sejahtera bagi kita semua, Saya, Baran Palanimuthu, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Diet Pasien Diabetes Mellitus di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam,RSUP Haji Adam Malik, Medan”. Seperti yang diketahui,penyakit Diabetes Mellitus merupakan antara penyakit yang mencatatkan prevalensi tertinggi bukan sahaja di negara maju,tetapi juga di negara yang sedang membangun. Penyakit yang digelar “the great immitator” ini merupakan faktor pencetus kepada penyakit lain yang bersifat membunuh contohnya penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, atau lain-lain penyakit sistemik selain memperburuk perjalanan penyakit yang sedia ada seperti infeksi dan lain-lain. Justeru, penatalaksanaan bagi penyakit ini tidak hanya meliputi pemberian obat-obatan Diabetes sahaja, tetapi kontrol diet juga amatlah penting bagi mempertahankan perjalanan penyakit supaya tidak menjadi parah. Penelitian saya akan meliputi sejauh mana masyarakat Medan sadar akan kepentingan diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya. Penelitian Saya ini menggunakan lembaran pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban yang sudah saya sediakan. Saya mengharapkan kerjasama dari Saudara/i untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya sesuai dengan pertanyaan yang ada. Dengan menjawab pertanyaaan tersebut kita akan mengetahui tingkat pengetahuan diet pasien Diabetes Mellitus serta komplikasinya. Jawaban yang Saudara/i berikan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas Saudara/I tetap dirahasiakan dan tidak akan dituliskan atau disebarkan. Bila terjadi sesuatu atau ada yang ingin Saudara/i tanyakan dapat menemui atau menghubungi saya di Alamat Blok 6 , II No. Telepon / HP 081973124221 Keikutsertaan Saudara/i dalam penelitian ini sangat Saya harapkan. Partisipasi Saudara/i bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Saudara/i berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun. Demikian penjelasan ini Saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan Saudara/i, Saya ucapkan terima kasih. Medan, ________________ 2010 LAMPIRAN SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN INFORMED CONSENT Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Umur Kelas Kelamin Setelah membaca/mendapatkan penjelasan dan saya memahami sepenuhnya tentang penelitian ini Judul Penelitian Tingkat pengetahuan diet pasien Diabetes Melitus serta komplikasinya di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik. Name Peneliti BARAN PALANIMUTHU Jenis Penelitian Deskriptif dengan pendekatan cross sectional Lokasi Penelitian Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Institusi yang melakukan Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dengan ini saya menyatakan bersedia mengikuti dalam penelitian, Medan, ...2010 ____________________ Lampiran 2 KUISIONER JUDUL TAHAP PENGETAHUAN DIET PASIEN DIABETES MELITUS SERTA KOMPLIKASINYA DI POLI-ENDOKRINOLOGI, DEPARTMEN ILMU PENYAKIT DALAM, RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN. Saya adalah peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat pengetahuan pasien Diabetes Mellitus serta komplikasinya di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Untuk mendukung penelitian ini, saya menyebarkan kuisioner ini untuk mendapatkan data – data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis. Oleh itu saya berharap kesedian setiap partisipan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar sesuai dengan nurani anda. Anda bebas memilih jawaban. Kerjasama partisipasi sangat dihargai. DATA RESPONDAN Nama Umur Jenis kelamin Perkerjaan Tingkat Pendidikan 1. Memakan terlalu banyak gula glukosa merupakan faktor utama Diabetes Mellitus A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 2. Diabetes Mellitus bisa menyebabkan ketajaman penglihatan berkurang . A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 3. Penyakit Diabetes Mellitus sudah pasti bisa diobati. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 4. Jika anda mengambil insulin pada pagi hari tetapi tidak memakan sarapan kadar gula darah anda akan menurun A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 5. Jus buahan yang tidak dicampur gula akan menaikkan kadar gula darah. A. YA B. TIDAK 6. Diabetes Mellitus adalah disebabkan kegagalan ginjal untuk mempertahankan gula tubuh glukosa dari urine. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 7. Diabetes Mellitus merupakan faktor utama yang menyebabkan badan seseorang penderita sangat penat walaupun hanya melakukan kerja yang ringan C. TIDAK PASTI 8. Tindakan terbaik untuk memeriksa kadar gula penderita Diabetes Mellitus adalah dengan periksa urine A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 9. Insulin merupakan hormon utama yang mengatur kadar gula darah. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 10. Kekurangan insulin atau penurunan dari kerja insulin menyebabkan kadar gula darah naik Diabetes Mellitus A. YA B. TIDAK 11. Makanan segera seperti Mie Instant mempunyai kalori yang lebih tinggi jika dibanding dengan semangkok nasi. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 12. Pasien Diabetes Mellitus dianjurkan meminum minuman penambah energi minuman isotonik. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 13. Berolahraga secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin atau obat- obatan insulin sehari-hari. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 14. Menggeletar shaking dan berkeringat merupakan tanda peningkatan kadar gula darah. A. YA B. TIDAK C. TIDAK PASTI 15. Selalu BAK dan dahaga merupakan tanda dari kadar gula darah yang rendah. A. YA B. TIDAK PERTANYAAN 1 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 55 TIDAK PASTI 5 BENAR 15 Total 75 PERTANYAAN 2 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 20 TIDAK PASTI 2 BENAR 53 Total 75 PERTANYAAN 3 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 29 TIDAK PASTI 8 PERTANYAAN 3 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 29 TIDAK PASTI 8 BENAR 38 Total 75 PERTANYAAN 4 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 8 TIDAK PASTI 3 BENAR 64 Total 75 PERTANYAAN 5 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 57 TIDAK PASTI 4 PERTANYAAN 4 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 8 TIDAK PASTI 3 BENAR 64 Total 75 PERTANYAAN 6 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 56 TIDAK PASTI 4 BENAR 15 Total 75 PERTANYAAN 7 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 24 TIDAK PASTI 26 PERTANYAAN 6 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 56 TIDAK PASTI 4 BENAR 15 Total 75 PERTANYAAN 8 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 36 TIDAK PASTI 6 BENAR 33 Total 75 PERTANYAAN 9 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 12 TIDAK PASTI 17 PERTANYAAN 9 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 12 TIDAK PASTI 17 BENAR 46 Total 75 PERTANYAAN 10 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 18 TIDAK PASTI 16 BENAR 41 Total 75 PERTANYAAN 11 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 49 TIDAK PASTI 9 PERTANYAAN 11 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 49 TIDAK PASTI 9 BENAR 17 Total 75 PERTANYAAN 12 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 36 TIDAK PASTI 9 BENAR 30 Total 75 PERTANYAAN 13 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 49 TIDAK PASTI 15 BENAR 11 Total 75 PERTANYAAN 14 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 45 TIDAK PASTI 5 BENAR 25 Total 75 PERTANYAAN 15 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SALAH 28 TIDAK PASTI 8 BENAR 39 Total 75 UMURNEW Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 21-30 4 31-40 22 41-50 14 51-60 22 61-70 11 71-80 2 Total 75 TINGKAT PENGETAHUAN Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid KURANG 26 SEDANG 43 BAIK 6 Total 75 JENIS KELAMIN RESPONDEN * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation Count TINGKAT PENGETAHUAN Total KURANG SEDANG BAIK JENIS KELAMIN RESPONDEN LAKI-LAKI 16 22 5 43 PEREMPUAN 10 21 1 32 Case Processing Summary N % Cases Valid 75 Excludeda 0 .0 Total 75 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .707 15 UMURNEW * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation Count TINGKAT PENGETAHUAN Total KURANG SEDANG BAIK UMURNEW 21-30 1 3 0 4 31-40 8 11 3 22 41-50 6 8 0 14 51-60 7 12 3 22 61-70 4 7 0 11 71-80 0 2 0 2 Total 26 43 6 75 TINGKAT PENDIDIKAN * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation TINGKAT PENGETAHUAN Total KURANG SEDANG BAIK TINGKAT PENDIDIKAN SD 5 4 0 9 SMP 8 11 0 19 SLTA 6 3 0 9 SMA 7 14 0 21 S-1 0 11 6 17 Total 26 43 6 75 Doktermendiagnosa ulkus gangrene pedis dextra B. DASAR TEORI 1. Patofisiologi Ulkus kaki diabetes disebabkan tiga factor yang sering disebut trias, yaitu: iskemi, neuropati, dan infeksi. Kadar glukosa darah tidak terkendali akan 2 fmenyebabkan komplikasi kronik neuropati perifer berupa neuropati sensorik, motorik, dan autonomy. 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan dan sikap pada pasien diabetes melitus tentang diet diabetes melitus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1a. Pengetahuan responden diabetes melitus tentang diet diabetes melitus paling banyak responden dengan pengetahuan sedang sebesar 66%, diikuti responden laki-laki memiliki pengetahuan sedang sebanyak 36%. 1b. 41-50 tahun responden mencapai tingkat pengetahuan yang sedang sebanyak 29% dan responden pekerjaan PNS mencapai tingkat pengetahuan yang baik sebesar 20%. 2a. Sikap responden diabetes melitus tentang diet diabetes melitus umumnya baik sebesar 61% diikuti responden perempuan memiliki sikap baik sebanyak 31%. 2b. 51-60 tahun responden mencapai sikap yang baik sebanyak 21% dan responden pekerjaan PNS mencapai sikap yang baik sebesar 28%. Saran 1. Pengetahuan masyarakat umumnya katagori sedang tetapi sikap masyarakat baik tentang diet diabetes melitus. Walaupun begitu, sebaiknya program-program penyuluhan tentang diet diabetes mellitus perlu lebih ditingkatkan lagi kepada masyarakat yang datang berkunjung dengan tujuan kontrol. 2. Petugas kesehatan harus menjelaskan kepada pasien segala persoalan yang timbul mengenai diet DM dan ini pasti akan membantu pasien supaya lebih memahami kepentingan diet DM. Universitas Sumatera Utara 3. Mahasiswa calon dokter harus memperlengkapkan diri dengan informasi yang sepatutnya dan fakta-fakta tersebut haruslah diperoleh dari sumber-sember yang valid. Mahasiswa haruslah mengikuti perkembangan mengenai diet DM supaya dapat memberikan saran yang baik kepada pasien. 4. Pasien perlu mendapatkan keterangan mengenai diet DM dari sumber yang boleh dipercayai. Dalam kata lain dokter merupakan pilihan yang tepat karena tidak semua fakta yang diperoleh dari teman atau tetangga itu sebaiknya dapatkan informasi dari petugas kesehatan yang lebih mengetahui tentang penyakit DM. Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Atlas internasional diabetis federation 2012, 6th edition 20 May 2014 American Diabetes Association 2008 Nutrition Recommendations and Interventions for Diabetes A position statement of the American Diabetes Association Diabetes Care January 2008 31S61-S78; doi Accessed 31 May 2014 American Diabetes Association 2011. Position statement Standards of Medical Care in Diabetes 2011. Diab Care. 2011;33 Accessed 28 April 2014 Bantle JP, Wylie-Rosett J, Albright AL, Apovian CM, Clark NG, Franz MJ, Hoogwerf BJ, Lichtenstein AH, Mayer-Davis E, Mooradian AD, Wheeler ML Nutrition recommendations and interventions for diabetes a position statement of the American Diabetes Association. Diabetes Care 2008, 31Suppl 1S61-78. Accessed 5 May 2014 Basuki, E. 2004. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Accessed 23 November 2014 Colledge, Walker, and Ralston, 2006. Davidson’s Principles and Practise of Medicine. 20th Ed. Edinburgh Churchill Livingstone. 805 -829, 830-836, 838-846.Accessed 10 May 2014 Universitas Sumatera Utara Conroy Davis Embree et al. 2010. Atlas of Pathophysiology. 3rd Ed. Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins. Accessed 3 May 2014 Definition, diagnosis and classification of diabetes mellitus and its complications. Part 1 Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Geneva, World Health Organization, 1999 WHO/NCD/NCS/ 28 April 2014 Dietary Guidelines- National Institute of Nutrition May 2014 Didem Arslantas 2008. Knowledge of Diabetic patients about diabetes at the primary stage in Eskisehir, Turkey http/ 108/article Accessed 13 November 2014 Feingold, S. Adi, I. Staprans, A. H. Moser, R. Neese, J. A. Verdier, W. Doerrler, and C. Grunfeld. 1990. Diet affects the mechanisms by which TNF stimulates hepatic triglyceride production. Am. J. Physiol. 259 E59-E64. Accessed 14 November 2014 Gilby, S. 2007. Endocrinology. In Longmore, M., Wilkinson, I., Turmezei, T. et al. Oxford Handbook of Clinical Medicine. 7th Ed. New york Oxford University Press Accessed 2 May 2014 Goldstein, Barry J. Dan Dirk Mueller-Wielend. 2008. Type - 2 Diabetes Principles and Practice. New York Informa Healthcare. Accessed 28 April 2014 Effendi, AT, Waspadji, S 2011, Terapi Gizi Medik Aspek Biomolekuler Diabetes Mellitus II, FKUI Jakarta, Hal; 193. Universitas Sumatera Utara Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th edition, Julie D. West, Kathleen L. Goldberg, 2002. Diabetes Self-Care Knowledge Among Outpatients at a Veterans Affairs Medical Center. Medscape. Accessed 13 November 2014. Kumar, and Clark, 2005. Kumar &Clark Clinical Medicine. Edinburgh Saunders Ltd. 1101-1131. Accessed 10 May 2014 Marieb, dan Hoehn K. 2004. Human Anatomy & Physiology. San Francisco Benjamin Cummings. Accessed 10 May 2014 Meeking, 2011. Understanding Diabetes & Endocrinology A Problem- Oriented Approach. London, UK Manson Publishing Ltd. Accessed 10 May 2014 Notoadmojo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta PT. Rineka Cipta. 79-92, 112-115, 117-136. Accessed 14 May 2014 Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta Rineka Cipta. Accessed 15 May 2014 PERKENI, 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Accessed 12 May 2014 Porth and Martin G. 2008. Pathophysiology Concepts of Altered Health States. 8th Ed. Philadelphia Lippincott Williams & Wilkins. Accessed 12 May 2014 Pranadji DK, Martianto DH, Uripi V. 2002. Perencanaan Menu Untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta Penebar Swadaya. Accessed 23 November 2014 Universitas Sumatera Utara Planimuthu, 2010. Tingkat Pengetahuan Diet Pasien Diabetes Mellitus Serta Komplikasinya di Poli-Endokrinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik, Medan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Accessed 14 November 2014 Powers, 2008. Diabetes Mellitus. In Fauci, et al Eds. Harrison’s Principles of Internal Medicine. USA The McGraw-Hill Companies, Inc. 2152-2179. Accessed 8 May 2014 Powers, 2010. Diabetes Mellitus. In Jameson Harrison Endocrinology. 2nd ed. USA McGraw-Hill Companies, Inc., 267-313. Accessed 8 May 2014 Rahadian, 2012. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu dan tindakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Endemis dan Non from Riset Kesahatn Dasar 2013. Sastroasmoro, S., Gatot, D., Kadri, N., Pujiarto, 2008 Usulan Penelitian Dalam Sastroasmoro, S., Ismael, S., Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Ketiga. Jakarta Sagung Seto. 46-51. Accessed 14 May 2014 Sry Agustina 2003 Universitas Sumatera Utara Soelistijani, D. A. 1999. Sehat dengan Menu Berserat. PT Trubus Agriwidya, Jakarta. Accessed 14 November 2014 World Health Organization 2006. Definition And Diagnosis Of Diabetes Mellitus And Intermediate hyperglycaemia. Accessed 12 May 2014 World Health Organization, 2013. Country and Regional Data On Diabetes. Available from Accessed 12 May 2014 Waspada Online, 2009. Medan, Terbanyak Penderita Diabetes. Available from 17 5-medan-terbanyak-penderita-diabetes&catid=14medan&Itemid=27. Accessed 30 April 2014 William Kiberenge Maina 2010. Knowledge, attitude and practice related to diabetes among community members in four provinces in Kenya http/ Accessed 14 November 2014 Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Universitas Sumatera Utara Lampiran 3 Universitas Sumatera Utara KUESIONER Universitas Sumatera Utara TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DIET DIABETES MELLITUS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUSP. HAJI ADAM MALIK MEDAN 2014 A. IDENTITAS RESPONDEN 1. No responden ... 2. Nama ... 3. JenisKelamin ... 4. Usia ... 5. Pekerjaan ... 6. Alamat ... 7. Diagnosa ... B. TINGKAT PENGETAHUAN 1. Saya mengikuti diet diabetes melitus dengan memperhatikan jenis makanan yang boleh saya konsumsi a Ya b Tidak Pasti c Tidak 2. Saya berkonsultasi dengan dokter atau perawat tentang diabetes dan diet yang saya jalani a Ya b Tidak Pasti c Tidak 3. Saya menghindari makanan yang berkalori tinggi seperti coklat, kek, kue-kue yang manis dan makanan yang siap saji fast food. a Ya b Tidak Pasti c Tidak 4. Saya menggunakan roti gandum whole wheat grain untuk menganti nasi putih. Universitas Sumatera Utara a Ya b Tidak Pasti c Tidak 5. Saya termotivasi untuk menjalani diet diabetes, karena keluarga mau memasakkan makanan yang sesuai dengan diet saya a Ya b Tidak Pasti c Tidak 6. Jika saya minum teh/kopi, saya menggunakan gula khusus untuk penderita diabetes untuk menggantikan gula a Ya b Tidak Pasti c Tidak 7. Saya menggunakan beras khusus seperti beras merah untuk mengontrol diabetes. a Ya b Tidak Pasti c Tidak 8. Saya menggunakan gula sebanyak lebih dari 1 sendok the ketika minum jus buahan segar. a Ya b Tidak Pasti c Tidak 9. Selang waktu antara saya makan pagi, makan siang, makan malam dan selingan adalah setiap 3 jam sekali a Ya b Tidak Pasti c Tidak 10. Makanan yang manis dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat a Ya Universitas Sumatera Utara b Tidak Pasti c Tidak 11. Jenis diet diabetes berbeda antara laki-laki dan perempuan a Ya b Tidak Pasti c Tidak 12. Jenis diet diabetes berbeda antara orang yang kerja ringan dengan orang yang kerja berat. a Ya b Tidak Pasti c Tidak 13. Dalam merencanakan diet penderita harus memperhatikan kandungan gizi makanan a Ya b Tidak Pasti c Tidak 14. Penderita diabetes harus makan secara teratur a Ya b Tidak Pasti c Tidak 15. Sebelum menjalankan diet kadar gula darah saya sulit dikontrol a Ya b Tidak Pasti c Tidak C. SIKAP 1. Saya bias menerima keadaan sebagai penderita diabetes a. Ya b. Tidak Pasti c. Tidak Universitas Sumatera Utara a. Ya b. Tidak Pasti c. Tidak 3. Saya merasa malu mengakui pada orang lain bahwa saya menyandang Diabetes Melitus a. Ya b. Tidak Pasti c. Tidak 4. Saya akan memeriksa gula darah secara tepat waktu minimal satu kali dalam sebulan a. Ya b. Tidak Pasti c. Tidak 5. Saya menganggap bahwa diabetes merupakan suatu penyakit yang serius a. Ya b. Tidak Pasti c. Tidak 6. Saya dapat mengendalikan diabetes hanya dengan minum obat. a. Ya b. Tidak Pasti c. Tidak 7. Saya harus menghindari makan dodol dan manisan. a. Ya b. TidakPasti c. Tidak 8. Saya akan menjalankan terapi diet secara teratur. a. Ya b. Tidak Pasti c. Tidak 9. Saya akan mematuhi anjuran pengobatan sepertidiet, minum obat teratur, olah raga. a. Ya b. Tidak Pasti c. Tidak 10. Saya akan menjalankan diet agar kadar gula darah saya selalu terkontrol a. Ya b. Tidak Pasti c. Tidak Universitas Sumatera Utara Lampiran 5 Universitas Sumatera Utara Lampiran 6 Diabetesmellitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah( hyperglikemia) mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk merespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan oleh pancreas ( Burnner dan suddarrth, 2003) 2.2 Patofisiologi Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat ( gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. BAB IPENDAHULUAN LATAR BELAKANG Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah melibihi batas normal. Apabila penyakit ini dibiarkan tak terkendali maka akan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang dapat berakibat fatal, termasuk penyakit jantung, ginjal, kebutaan, dan mudah terkena ateroskelosis. Gejala khas diabetes mellitus berupa pliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun meskipun nafsu makan meningkat, hiperglekimia, dan glukosuria. Gejala lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impoten pada pasien pria serta pruritus vulvae pada pasien wanita, biasanya diabetes muncul pada usia diatas 40 tahun dan anak-anak yang masing-masing berlainan sifatnya. Umumnya, diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil/sebagian besar sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, sehingga terjadi kekurangan insulin. Disamping itu, DM diabetes melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukkan glukosa kedalam sel. Jika tidak ditangani secara cepat dan tepat, dalam jangka panjang diabetes dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Jika tidak waspada, DM bisa mengakibatkan gangguan pembuluh darah otak stroke, pembuluh darah mata gangguan penglihatan, pembuluh darah jantung penyakit jantung koroner, pembuluh darah ginjal gagal ginjal, pembuuh darah kaki luka yang sukar sembuh/gangren.Pengobatan DM secara langsung terhadap kerusakan pulau-pulau langerhans di pankreas belum ada langkah utama pengobatan dapat dilakukan dengan cara melakukan diet, yakni mengurangi kalori dan meningkatkan konsumsi vitamin, melakukan olah raga secara teratur, mengonsumsi obat-obatan hipoglekimia oral, melakukan terapi insulin. Ternyata sampai sekarang ini masih saja penderita DM bertambah banyak. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak masyarakat khususnya penderita DM yang tidak tanggap terhadap penyakitnya. Hal itu mungkin disebabakan karena ketidaktahuannya akan penyakit DM tersebut, tidak ada biaya berobat atau ketidakpedulian terhadap DM itu sendiri. Padahal sudah jelas betapa penyakit DM itu dapat menimbulkan komplikasi yang dapat berakibat fatal. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas penulis tertarik menulis karya tulis berjudul Diabetes Melitus. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan membahas apakah yang dimaksud dengan diabetes Tujuan Penulis Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk menjelaskan tentang penyakit diabetes mellitus dan permasalahannya. Kegunaan Penulis Karya tulis ini diharapakan dapat beguna bagi sekolah dan masyarakat, selain itu dapat menambah nilai bahasa Indonesia. Metode Penulis Metode penulisan karya ini menggunakan metode pustaka. Sistematika Penulis Karya tulis ini terdiri dari tiga bab. Bab pertama pendahuluan, berisi latar belakang masalah, sistematika, tujuan penulisan, kegunaan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan. Bab kedua, pembahasan. Bab 3 ketiga, berisi penutup serta kesimpulan dan saran. BAB Pengertian diabetes melitus Penyakit diabetes melitus sering disebut juga penyakit kencing manis. Penyakait ini menyebabkan tubuh penderitanya tidak bisa mengendalikan tingkat gula glukosa dalam darahnya. Penderita mengalami gangguan metabolism distribusi gula di dalam tubuh sehingga pankreas tidak mampu memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tidak mampu menggunakan insulin secara efektif. Akibatnya, terjadi kelebihan gula di dalam darah sehingga menjadi racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan di dalam darah tersebut melimpah ke sistem urine sehingga air kencing penderita diabetes mellitus sering dikerubuti semut karena berasa manis. Penyebab diabetes melitusMengelola penyakit ini sebenarnya mudah asal penderita bisa mendisiplinkan diri, mengikuti saran dokter, melakukan olah raga secara teratur, dan tidak mudah putus asa. Seseorang dikatakan menderita diabetes jika kadar gula darahnya diatas 120 mg/dl dalam kondisi berpuasa dan diatas 200mg/dl setelah dua jam makan. Tanda lain yang lebih nyata adalah bila dalam air senirnya banyak mengandung gula. Adapun penyebab munculnya penyakit DM antara lain, rusaknya sebagian kecil/sebagian besar sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, sehingga terjadi kekurangan insulin, kedua orang tuanya menderita diabetes, pernah melahirkan beyi dengan berat badan lebih dari 4 kg, pada waktu pemeriksaan kesehatan ditemukan kadar gula darah 140-200 mg/dl. Gejala diabetes melitus Gejala khas diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsia, lemas dan lapar yang terus-menerus, hiperglekimia, dan glukosuria. Dalam fase ini umunya berat badan penderita terus naik karena dia sering makan dan minum. Karena masih didukung dengan makanan maka jumlah insulin dalam tubuhnya masih mencukupi. Jika gejala sudah tampak tetapi panyakit belum juga terdeteksi, akan muncul gejala lain berupa kekuranganya insulin. Pada tahap-tahap ini nafsu makan penderita mulai berkurang, kadang-kadang disertai dengan rasa mual. Namun, penderita tetap sering haus, banyak buang air kecil, serta cepat merasa lelah dan lemas. Akibatnya, berat badan pun akan turun drastic kurang lebih 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu. Akibat diabetes melitus Komplikasi akibat penyakit diabetes mellitus bisa muncul secara akut maupun kronis, yaitu beberapa bulan atau beberapa tahun setelah mengidap diabetes. Komplikasi kronis bisa terjadi pada beberapa bagian tubuh sebagai berikut. Pembuluh darah Komplikasi yang paling berbahaya pada penderita diabetes adalah komplikasi pada pembuluh darah karena akan terjadi penyempitan pebuluh darah angiopati diabetic. Angiopati diabetic yang terjadi pada pembuluh darah kapiler disebut mikroangipati diabetic. Secara medik, penderita diabetes melitus ditentukan olehkualitas pembuluh darahnya yaitu, lumpuh atau lemah separuh akibat kerusakan pembuluh darah, apabila lumpuh disebelah kanan bisa disertai dengan gangguan bicara bahkan, bisu Mata jika kadar glukosa dalam darah mendadak tinggi, lensa mata menjadi cembung dan penderita mengeluh pandangannya menjadi kabur. Biasanya, penderita akan sering mengganti lensa kaca matanya. Penyakit ini menyebabkan lensa mata menjadi keruh tampak putih dan membuat pandangan kabur katarak. Jika katarak sudah parah harus segera dioperasi. Jantung Penderita diabetes mudah terserang penyakit jantung koroner, yatu penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner. Jika ini terjadi, otot jantung akan kekurangan oksigen dan makanan sehibgga akan menjadi lemah atau sebagian sel jantung mati. Keadaan ini disebut infark jantung myocoard infark. Organ reproduksi Selama urat syaraf yang memelihara alat seksual yang tidak terganggu, bias any kemampuan seksual penderita tetap normal . namun, jika kerusakan syarafnya sudah berat dan permanen, penderita akan mengalami impotensi. Impoten ini pada umumnya tidak boleh diobati dengan suntikan hormone seks pria testosterone karena biasanya kadar testosterone penderita diabetes masih normal. Impotensi pada penderita diabetes dapt dibedakan menjadi dua jenis, yaitu impotensi psikogenik dan impotensi neuroganik. Impotensi neurogenik dipengaruhi oleh gangguan syaraf sedangkan impoten psikogenik lebih cenderung akibat gangguan Usaha penganggulangan diabetes melitusMenurut catatan WHO, diperkirakan lebih dari 50% pengidap diabetes tipe II tidak terdiagnosis. Mereka umumnya baru tahu menderita diabetes pada saat berobat untuk penyakit lain. Akibatnya, terjadi komplikasi diabetes serius yang ditandai oleh hilangnya kesadaran, tekanan darh tinggi, terjadi gangguan jantung, gangguan ketajaman penglihatan sampai buta, dan kerusakan jaringan ganggren sehingga harus diamputasi agar tidak mengejar ke jaringan lain. Diabetes dapat dikontrol dengan mengubah beberapa kebiasaan hidup sehingga kadar gula dalam darah akan kembali seperti biasa atau normal . perubahan gaya hidup tersebut diantaranya makansecara teratur dan mengikuti pola makan yang sehat, menjaga berat badan, tetap mengkonsumsi resep obat dari dokter, olahraga secara IIIPENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa diabetes melitus DM adalah penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah melibihi batas normal. Apabila penyakit ini dibiarkan tak terkendali maka akan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang dapat berakibat fatal, termasuk penyakit jantung, ginjal, kebutaan, dan mudah terkena ateroskelosis. Penyakit ini dpat dikontrol dengan cara pola hidup dan olah raga yang teratur. Saran Adapun saran penulis sebagai berikut Jangan menganggap spele penyakit diabetes Hendaklah olah raga secara teratur dan mengikuti pola makan yang sehat. Sebaiknya dilakukan pengecekan gula darah sebulan sekali. Jika terdapat gejala-gejala diabetes hendaklah periksa ke dokter. Lihat Pendidikan Selengkapnya DiabetesMellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal. Penyakit ini dapat disembuhkan dan jarang berakibat fatal jika penderita mengikuti saran dari dokter. Prinsip utama pengobatan TBC (tuberkulosis) adalah patuh untuk minum obata. Perlunya dilakukan pemeriksaan audiometri pada penderita DM Tipe-2 untuk mengetahui secara dini adanya komplikasi berupa mikroangiopati yang tejadi pada organ pendengaran sehingga dapat dilakukan pencegahan serta penatalaksanaan selanjutnya. b. Perlunya dilakukan pemeriksaan kadar gula darah secara berkala agar dapat mengkontrol kadar gula darah penderita DM Tipe-2 guna mencegah terjadinya komplikasi mikroangiopati yang terjadi pada organ pendengaran. c. Perlunya pembekalan edukasi kepada penderita DM Tipe-2 mengehai hal keteraturan berobatnya guna mengontrol kadar gula darahnya agar dapat mencegah terjadinya komplikasi baik pada organ pendengaran maupun pada organ lain. d. Perlu dilakukan pula untuk penelitian lanjutan yang menghubungkan antara ambang dengar pada penderita DM Tipe-2 dengan terjadinya komplikasi mikroangiopati pada organ lain. DAFTAR PUSTAKA Agarwal, Y. Platz, E. Niparko K. 2009. Risk Factor for Hearing Loss in US Adults Data from National Health and Nutrition Examination Survey 1999- 2002, Otology and Neurootology, Vol 30, No. 2, pp 139-145. Agarwal, C., Pujary, L., Ganapathy, K., Balakrishnan, R., Nayak, D., Hasan, F. 2013. Pure Tone Audiometry and Otoacoustic Emission for the Assessment of Hearing Loss in Diabetic Patients. India Indian Journal of Otology, pp 13-17. American Speech-Language-Hearing Association. 2005. Guidelines for Manual Pure-Tone Threshold Audiometry [Guidelines]. Retrieved Desember 01, 2012, from Atcherson, S. R., & Prout, T. M. 2003. How to Describe and Characterize Your Hearing Loss. Journal of the Association of Medical Professionals with Hearing Loss , 1 2. Austin, D. F., Martin, Griset, S., Millan, G. P., Dermot. D., Fausti. S. 2009, Diabetes-Related Changes in Hearing, American The Laryngoscope, pp 1788-1796. Brainbridge KE, Hofman HJ, Cowie CC. 2008. Diabetes and Hearing in the United States Audiometric Evidence from the National Health and Nutrition Examination Survey, 1999 to 2004. Annals of Internal Medicine; Amerika Serikat. 1-10. Bener, A., Salahaldin, A. H., Darwish, S. M., Al-Hamaq, A. O., Gansan. L., 2008, Association Between Hearing Loss and Type-2 Diabetes Mellitus in Elderly People in a Newly Develop Society. Qatar Biomedical Research. pp. 193 187-193. British Audiology Recommended Procedure. 2004 Pure Tone Air and Bone Conduction Thereshold with and without Masking and Determination of Uncomfortable Loudness Lever. March. pp. 1-27. Chartrand MS. 2003. Diabetes Mellitus and Hearing. Audiology Online Retrieved November 25, 2012 Departemen Kesehatan Republik Indonesa. 2008. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan metabolik;pp. 1-46. Diniz , Guida HL. 2009 .Hearing Loss in Patients with Diabetes Mellitus. Brazilian Journal Otorhinolaryngology. 754. pp 573-8. Djokomoeljanto Neuropati Diabetic Naskah Lengkap Diabetes Melitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam. dalam rangka purna tugas Prof. DR. Dr. RJ. Djokomoeljanto. Semarang Penerbit Universitas Dipenogoro. pp 1- 14 Erdem, T., Ozturan. O., Miman, M. C., Ozturk, C., Karatas, E., 2003. Exploration of The Early Auditory Effects of Hyperlipoproteinemia and Diabetes Mellitus using Otoacoutic Emission. Turkey Eur Arch Otorhinolaryngology. pp . 260 62-66. Fadhlan, I,. 2010 dalam Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural Dengan Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 Terkendali Baik dan Tidak Terkendali Baik. Foster DW. 1998. Diabetes Mellitus. In Harrison’s Principles of Internal Medicine. 14th Frisina S, T., Mapes F., Kim S. H., Firsiana D. R., 2006, Characterization of HearingLoss in aged Type II Diabetics. Hearing Reasearch 211. pp. 103 – 113 Fukushima H, Cureoglu S, Scachern PA, Paparella SS, Harada T, Oktay MF. 2006. Effect of Type 2 Diabetes Mellitus on Cochlear Structure in Humans. Arch Otolarngology Head and Neck Surgery, 132 934-938 Gazzaz, Z., J., Makhdon, M. N., Dhafar, K. O., Maimini, O., Farooq, M. U., Rasheed, A. 2011. Pattern of Otorhinolarybgological Disorders in Subjects with Diabetes. Saudi Arabia The International Medical Journal Malaysia. pp 102 13-16 Gacek RR, 2009, Anatomy of the Auditory and Vestibular System. In. Ballanger’s Otorhinolaryngology17, Head and Neck Surgery. Connecticut BC Denker Inc pp. 5 -7 Gopinath, M., Mcmahont, C., Rotchchina, E., Wang, J., Boyages, S,. Leeder, S., 2009, Original Article Complication Relationship of Type-2 Diabetes to The Prevalence, Incidance and Progression of age-related hearing loss. Australia, pp. 483-488. Gustian,R. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. pp. 1857 – 1859. Hain, T. C. Ed.. 2012. Hearing Testing. Retrieved November 21, 2012, from American Hearing Research Foundation Janker, D. S., Bodhe, C. D., Bhutada, T. B., 2012. A Study on Hearing Loss In Type II Diabetics. India International Journal of Medical Research & Health Sciences. pp. 24 893-898 Jianmin Ren, Peng Zhao, Li Chen,Anting Xu,Stacey N. Brown,and Xiaoyan Xiaoa. 2009. Hearing Loss in Middle Aged Subject with Type 2 Diabetes Mellitus. Archieves Medical Researches. pp 18-23. Kakarlapudi V, Sawyer R, Staecker. 2003. The Effect of Diabetes on Sensorineural Hearing Loss. Otology and Neurotology. vol 24 382-86. Keith, R. W., & Pensak, M. L. 2003. Auditory Testing and Remediation. In Lee, & Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. McGraw Hill. pp. 40-52 Khariwala, S. S., & Weber, P. C. 2014. Anatomy and Physiology of Hearing. In B. J. Bailey, J. T. Johnson, & S. D. Newlands, Head & Neck Surgery - Otolaryngology, 4th Edition. Philadeplhia Lippincott Williams & Wilkins. pp. 1883-1903. Khariwala, S. S., & Weber, P. C. 2014. Allergic and Nonallergic Rhinitis. In B. J. Bailey, J. T. Johnson, & S. D. Newlands Eds., Head & Neck Surgery – Otolaryngology. 4th ed., Vol. I. Lippincott Williams & Wilkins. pp. 352-354 Kolegium Ilmu Kesehatan THT-KL. 2008. Modul Utama Modul Telinga Gangguan Pendengaran. Maia CA, Alberti C, 2005. Diabetes Mellitus as etiological factor of hearing loss. Rev Brass Ottorinolaringology, vol. 71, pp. 208 – 214. Mathers, C., SMith, A., & Concha, M. 2000. Globar burden of Hearing Loss in the year 2000. Global Burden of Disease 2000, pp. 1-30. Moller AR. 2006. Anatomy of The Ear. In Moller AR, editor. Hearing Anatomy, Physiology, and Disorder of The Auditory System. 2nd Moller AR. 2006. Anatomy of The Ear. In Moller AR, editor. Hearing Sensory systems anatomy and physiology. 2 ed. San Diego, California USA. p. 3-17. nd Morales, L. V. D., Renaud, K. J., Sevilla, M. E. G., Prado, J. H., Hernandez, J. M. M., 2005. Auditory Impairment in Patients with Type-2 ed. San Diego, California USA; pp. 273-304. Diabetes Mellitus. Mexico Archives of Medical Research. pp. 36 506- 510. Mozzafari, A,. Tajik, A,. Arioei, N,. Ali, E, F., Benham, H,. 2010, Diabetes Melitus and Sensorineural Hearing Loss Among Non-Elderly People,.Eastern Mediterranean Health Journal. Vol. 6, No, 947-952 Naini, A, S., Fathololoomi, M, R,. 2003. Effect of Diabetes Mellitus on the Hearing Ability of Diabetic Patients. NRITLD. Tanaffos;26; 51-8 Nepal MK, Rayamajhi P, Thapa N. 2007. Association of systemic disease with sudden sensorineural hearing loss. Journal of Institute of Medicine; 29 25-28. Panchu, P,. 2008,. Auditory Acuity in Type-2 Diabetes Melitus,; International Journal of Diabetes Dev Ctries; 284. pp. 114-20. Pani, V., Swathi, V. M., Jasmine, A., 2013. Effect of Early Onset Type-2 Diabetes Mellitus on Hearing. Mysore Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences. Vol. 2., pp. 8880-8885. Pemmiah, & Srinivas. 2011. Hearing Loss in Diabetes Mellitus. International Journal of Collaborative Research on Internal Medicnine and Public Health , 725-731. PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus di Indonesia, Jakarta Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, pp. 4 – 69. Purnamasari D. dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III edisi ke-5. Jakarta Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKUI; pp 1880-83. Riset Kesehatan Dasar, 2013. Dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, pp 1 – 268. Rozanska K M., Chodynicki S, Rinalska I., Kowalka I. 2002. Hearing Loss of Diabetes Mellitus type II. Otolaryngology Pol. 5, 607 – 610 Sasso, F. C., Salvotare, T., Tranchino, G., Cozzolino, D., Caruso, A. A., Persico, M., Gentile. S., Torella, D., Torella, R., 1999. Cochlear Dysfunction in Type-2 Diabetes A Complication Independent of Neurophaty and Acute Hyperglicemia. Italy The Departement of Gerontology and Metabolic Disease and The Departement of Otorhinolaryngology of University of Neples Federicco II. pp. 4811 1346-1350. Sakuta H, Suzuki T, Yasuda H. Type 2 diabetes and hearing loss in personnel of the Self-Defense Forces. Diabetes Research and Clinical Practice 2007; 75, pp 229-34. Shahab A, 2006, Komplikasi Kronik Diabetes Melitus Penyakit Jantung Koroner,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV, Jakarta, Jakarta Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. pp. 1894 - 1897 Shen, F. C., Hsieh, C. J., 2013. Severity of Hearing Impairment is Positively Associated Eith Urine Albumin Excretion Rate In Patients With Type 2 Diabetes, Taiwan Journal of Diabetes Investigation. pp 1-5. Shuen Fu W, Shyang Yuh W, Thien Chen, Jen Chuan; Fu Yen T. 2004 . Prognostic Factors of Sudden Sensorineural Jearing Loss in Diabetic Patient. Diabtes Care , pp. 2560-2561. Soegondo S,. 2006. Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes Melitus Tpe-2. Jakarta Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. pp. 1860 – 1863. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran Tuli. Dalam Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, edisi ke-6. Jakarta Balai Pustaka FKUI; 2007 pp. 10-22. Soetirto I, Hendarmin H, Basharudin J. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga Edisi Keenam. Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp. 30-40 Staecker H. Sawyer R, Kakarlapudi V. 2003. The Effect of diabetes on sensorineural hearing loss. Journal Of Oto-Neurootology , pp. 382 – 386. Suwento R, Hendarmin H, 2007. Gangguan Pendengaran Pada Geriatri, dalam Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti DR penyunting, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorork Kepala dan Leher, Edisi 6, Balai Penerbit FK UI; pp. 43 – 45. Sunkum, J. K., Pingile, S., 2013. A Clinical Study of Audiological Profile in Diabetes Mellitus Patients. India Aur Arch Otorhinolaringology . pp. 270 875-879. Tan KCB, Chow WS, Metz C. 2002. Advanced Glycation End Products and Endothelial Dysfunction in Type 2 Diabetes. Diabetes Care 2002; 25 1055-59. Tazaki, M, H,. Mansourian, A, R,2011,. The Comparison of Hearing Loss Among Diabetic and Non Diabetic Patients,. Journal of Clinical and Diagnostic Research, Vol Votey SR, Peters AL. Diabetes Mellitus Type 2-A Review. Emergency Medicine, UCLA 2008. Votjka ,J,, Ciljakova, M,. Banovcin P,. 2012, Diabetic Microangiophaty- Ethiophatogenesis, New Possiblities in Diagnoisis and Management. Availble from Waspadji, S. 2009. Komplikasi Kronik Diabetes Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan Strategi Pengelolaan. Dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi ke-5. Jakarta Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1922-29. World Health Organization, 2010. Deafness and Hearing Impairment, Available fromContohDaftar Isi Makalah - Daftar isi adalah bagian dari sebuah makalah, laporan, maupun skripsi yang menjabarkan tema pembahasan sebuah makalah halaman per halaman atau tiap bab. Peran sebuah daftar isi sangatlah penting dalam pembuatan makalah. Karena, dengan daftar isi dapat memudahkan pembaca untuk mencari sebuah topik utama atau materi apa yang dibahas dalam tiap halaman.
Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Adapun kesimpulan penelitian ini adalah 1. Nilai MPV lebih tinggi pada pasien dengan nilai HBA1c ≥6 atau DM tidak terkontrol dengan nilai HBA1c pasien 6 atauDM terkontrol ± fL. 2. Nilai MPV lebih tinggi pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang memiliki komplikasi lebih dari 2,dengan nilai MPV fL. 3. Pada penelitian ini, nilai MPV pada pasien yang telah menderita DM tipe 2 kurang dari tiga tahun fL, yang menderita selama tiga sampai lima tahun, nilai MPV fL, sedangkan yang menderita DM Tipe 2 lebih dari lima tahun memiliki nilai MPV fL. 4. Nilai MPV pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan adanya ulkus lebih tinggi dari pasien dengan tanpa ulkus fL. 5. Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP. Haji Adam Malik Medan, mayoritas berjenis kelamin perempuan berusia 31-60 tahun bertempat tinggal di Medan berpendidikan tamat SLTA 6. Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2 yang paling banyak terjadi di RSUP. Haji Adam Malik Tahun 2014 adalah neuropati Saran Berdasarkan hasil penelitian yang didapat pada penelitian ini, maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut 1. Rekam medis sebaiknya ditulis dengan lengkap dan melampirkan hasil pelaporan pemeriksaan dan follow up, serta informasi-informasi penting lainnya sehingga memudahkan dalam pengolahan data. 2. Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai nilai MPV pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan tingkatan yang lebih tinggi, yaitu penelitian analitik. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Diabetes Melitus Definisi Menurut America DiabetesAssociation ADA tahun 2012, Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau tersebut berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diagnosis DM menurut ADA jika hasil pemeriksaan gula darah - Kadar gula darah sewaktu lebih atau sama dengan 200 mgdl. - Kadar gula puasa lebih atau sama dengan 126 mgdl. - Kadar gula darah lebih atau sama dengan 200 mgdl pada 2 jam setelah beban glukosa pada tes toleransi glukosa ADA,2012. Klasifikasi Klasifikasi Diabetes Mellitus berdasarkan PERKENI 2011 terbagi atas PERKENI,2011 a. Diabetes Melitus tipe-1 artinya bahwa terjadi defisiensi insulin absolute akibat destruksi sel beta yang penyebabnya dapat autoimun maupun idiopatik. b. Diabetes Melitus tipe-2 artinya defisiensi insulin relatif yang terjadi akibat defek sekresi insulin lebih dominan daripada resistensi insulin atau sebaliknya, yakni resistensi insulin lebih dominan daripada defek sekresi insulinnya. c. Diabetes Melitus tipe lain d. Diabetes Melitus kehamilan gestasional, terjadi ketika tubuh tidak dapat membuat dan menggunakan seluruh insulin selama kehamilan. Universitas Sumatera Utara Faktor Risiko Menurut Suyono 2007, beberapa faktor DM, antara lain a. Faktor keturunan b. Faktor kegemukan IMT 25 kgm². - Perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya hidup barat. - Konsumsi makanan berlebihan - Kurang pergerakan c. Faktor demografi - Jumlah penduduk meningkat - Urbanisasi - Penduduk berumur diatas 40 tahun meningkat d. Kurang gizi Patogenesis Terjadinya Komplikasi Vaskular Kelebihan gula darah memasuki sel glomerulus melalui fasilitas glucose transporter GLUT, mengakibatkan peningkatan beberapa mekanisme seperti jalur poliol, jalur heksosamin, jalur Protein Kinase C PKC, dan penumpukan zat yang disebut sebagai advanced glcation endproducts AGEs. Suwitra, 2006 a. Peningkatan jalur poliol Banyak sel memiliki aldosa reduktase, yaitu, suatu enzim yang mengubah aldoheksosa, contohnya glukosa, menjadi alkohol jalur menyebabkan substrat untuk enzim ini bertambah. Kelebihan sorbitol yang diproduksi dari reaksi ini tidak dapat keluar dari sel dan dapat menyebabkan stress osmotik Suwitra,2006. b. Peningkatan jalur heksosamin Diduga berperan menyebabkan resistensi insulin karena terjadi pengalihan glukosa melalui jalur diduga berperan dalam penyakit mikrovaskular karena jalur ini menghasilkan substrat yang dapat menambah kerusakan vaskular Suwitra,2006. c. Pengaktifan jalur Protein Kinase C PKC Universitas Sumatera Utara Terjadi pengaktifan PKC yang tidak sesuai karena adanya peningkatan diacylglycerol DAG yang selanjutnya mengaktifkan beberapa isoform ini dapat mempengaruhi aliran darah dan mengubah permeabilitas endotel Suwitra, 2006. d. Pembentukan AGEs Pembuluh darah pengidap diabetes memperlihatkan akumulasi protein- protein AGE dan hal ini dapat menyebabkan pelepasan sitokin jika berikatan dengan makrofag dimana hal ini dapat mempengaruhi proliferasi dan fungsi vaskular Suwitra, 2006. Patofisiologi Pada DM tipe 2 terjadi dua defek fisiologi, yaitu kegagalan sekresi insulin dan resistensi kerjanya pada jaringan sasaran. Powers, 2010 • Kegagalan sekresi insulin, yaitu berhubungan dengan sensifitasnya. Pada DM tipe 2, mulanya sekresi insulin meningkat sebagai respon terhadap resistensi insulin untuk mempertahankan glukosa normal. Selain itu, diperkirakan bahwa ada kelainan pada gen yang mengakibatkan kegagalan sel beta pankreas untuk mensekresi insulin. • Resistensi insulin, ialah penurunan kemampuan insulin untuk bekerja secara efektif pada jaringan sasaran khususnya otot, hati, lemak. Hal ini merupakan kombinasi dari genetik dan obesitas. Resistensi insulin adalah relatif, akan tetapi karena jumlah insulin yang beredar lebih banyak dari biasanya, akhirnya dapat menormalkan kadar glukosa plasma. Namun lama-kelamaan, produksi insulin semakin berkurang dan ditambah adanya resistensi insulin akhirnya mengakibatkan kegagalan penggunaan glukosa oleh jaringanyang bergantung insulin serta akan terjadi peningkatan produksi produksi glukosa oleh hati. Keadaan ini mengakibatkan hiperglikemia. Mekanisme yang mengakibatkan terjadinya resistensi insulin belum dapat dijelaskan. Universitas Sumatera Utara Diagnosa Menurut PERKENI 2011, berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini • Keluhan klasik DM berupa poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. • Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita. Diagnosa DM dapat ditegakkan melalui tiga cara • Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mgdL sudah cukup menegakkan diagnosis DM. • Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mgdL dengan adanya keluhan klasik. • Tes toleransi glukosa oral TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitive dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus. Komplikasi Menurut Price dan Wilson 2002, komplikasi – komplikasi diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua kategori mayor 1 komplikasi metabolik akut, dan 2 komplikasi-komplikasi vaskular jangka panjang. 1. Komplikasi Metabolik Akut Komplikasi metabolik diabetes disebabkan oleh perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan badan keton. Peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis dan Universitas Sumatera Utara ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan dieresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan dapat menjadi hipotensi dan mengalami syok. Akhirnya, akibat penurunan penggunaan oksigen otak, pasien akan mengalami koma dan meninggal. 2. Komplikasi Kronik Komplikasi vaskular jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh- pembuluh kecil mikroangiopati dan pembuluh-pembuluh sedang dan besar merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina retinopati diabetik, glomerulus ginjal nefropati diabetik dan saraf-saraf perifer neuropati diabetik, dan otot-otot serta diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab jenis penyakit vaskular ini. Gangguan-gangguan ini berupa 1 penimbunan sorbitol dalam intima vaskular, 2 hiperlipoproteinemia, dan 3 kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya, makroangiopati diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskular. Trombosit
sampelDMG01 dan DMG02 adalah T16189C dan T16217C. Kedua mutasi tersebut juga terdapat pada sampel DMG03 dan DMG04, maka generasi ketiga dan keempat ini juga berpotensi terkena DMT2. 5.2. Saran Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit yang diturunkan secara maternal dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti gaya hidup. Dalam